Kamis, 23 Oktober 2014

Di Balik Misteri Kesufian


Ada sebagian wali yang tidak mau membuka pintu pembicaraan mengenai beberapa materi pembicaraan kaum sufi yang sangat misteri. Itu dilakukannya sampai ia menemui ajalnya dengan tetap teguh menempuh jalan tasawuf. Wali ini akan berkata, "Seseorang yang menempuh jalan yang ditempuh para wali Allah Swt., maka ia akan dapat melihat apa yang dilihat oleh wali-wali Allah Swt. itu, merasakan apa yang mereka rasakan, serta tidak merasa terganggu baik dengan pujian maupun celaan orang lain."

Dalam biografi tentang `Abdullah Al-Qurasyi dijelaskan bahwa suatu saat murid-muridnya memintanya untuk menyampaikan secuil tentang ilmu hakikat. Menanggapi permintaan murid-muridnya, dia lalu mengatakan pada murid-muridnya itu, "Berapa jumlah kalian saat ini?" Murid-muridnya menjawab, "Ada enam ratus orang." "Pilih seratus orang yang terbaik di antara kalian," begitu pinta sang guru. Mereka lalu memilih seratus orang terbaik.

"Dari seratus itu, ambil dua puluh orang yang terbaik," sang guru menyaring lagi. Mereka lalu memilih dua puluh orang yang terbaik. "Seleksi lagi empat orang terbaik dari dua puluh itu," kata sang guru meneruskan seleksinya. Lalu mereka memilih empat orang terbaik itu, karena hanya empat orang itulah sesungguhnya yang mempunyai kemampuan kasyf dan makrifat. Tapi menariknya, Muhammad Al- Qurasyi lalu berkata, "Sekiranya aku sampaikan semua pengetahuan tentang hakikat (`ilm al-haqa'iq) dan pengetahuan tentang semua misteri / rahasia ( 'Um al-asrar) itu pada kalian, niscaya orang pertama yang menjatuhkan vonis kafir kepadaku adalah empat orang ini."

Tidak sepatutnya dalam hati seseorang mempunyai suatu keyakinan bahwa para wali Allah Swt. itu sebagai golongan zindiq, hanya lantaran wali-wali Allah Swt. itu menyembunyikan apa yang telah mereka yakini dalam hati mereka mengenai para ulama dan kalangan awam. Sudah seharusnyalah bagi kita mengantarkan mereka ke ruang-ruang yang bercitra baik, lantaran kita tidak mengerti ungkapan-ungkapan teknis yang dipergunakan mereka. Sedang seseorang yang tidak masuk menelusuri kehidupan mereka, ia tidak akan mengerti kondisi yang sesungguhnya tentang mereka.

Komunitas sufi ini tidak pernah menutup diri kepada orang lain, bila orang-orang itu mengakui eksistensi pengetahuan komunitas sufi. Kecuali bila para sufi itu merasa lembah laut pengetahuan ini terasa begitu dalam bagi umumnya kalangan cerdik pandai, apalagi bagi kalangan lain yang status intelegensianya di bawah kalangan cendekiawan itu. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Imam Ahmad bin Hambal ketika mendapat pertanyaan seputar komunitas sufi, dia menyuruh penanya untuk menanyakan langsung kepada Abu Hamzah Al-Baghdadi. Imam Ahmad setiap kali mendapati pertanyaan yang tidak mampu dijawabnya juga selalu menanyakannya kepada sufi dari Baghdad itu, "Apa pendapat Anda mengenai hal ini?"

Seorang yang telah mencapai tahap makrifat tidak akan mengatakan sesuatu yang dijadikannya sebagai standar penilaian untuk semua orang yang berbeda-beda status dan tingkatannya. Karena mengatakan sesuatu sesuai kadar kemampuan konstituennya juga merupakan kekhasan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau pernah bersabda, "Aku diperintahkan untuk menyampaikan materi dakwahku kepada semua orang sesuai tingkat intelektualitas masing-masing orang itu."


 Dikutip dari : ‘Abd Al-Wahhab Al Sya’rani (Ulama Besar Mesir Abad ke 10) Dari kitabnya Al Tahaqat Al-Kubra Al Musammat bi Lawaqih Al Anwar fi Thabaqat Al Akhyar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar