Kamis, 23 Oktober 2014

Karamah

Syaikh Muhdiyin Ibn Arabi berkata: " Ketahuilah karamah itu ada 2 macam : indrawi dan maknawi, orang2 awam hanya mengetahui karamah indrawi saja, seperti membaca pikiran org lain, memberitahukan yg gaib2, mengeluarkan sesuatu dari bumi, berjalan di atas air, menembus udara masuk ke dalam tanah, menghilang dari pandangan, dikabulkannya doa dlam seketika dll, hanya karamah seperti itulah yg diketahui org awam.
sementara karamah maknawi tidak dapat diketahui kecuali oleh orang2 khusus saja diantara hamba2 Allah. kawamah maknawi adalah seorang hamba dijaga supaya tetap melaksanakan adab2 syari'at dan diberi taufik utk selalu melakukan akhlak terpuji,menjauhi akhlak yg tercela, menjaga pelaksanaan kewajiban pda waktunya, bersegera dlam berbuat kebaikan,menghilangkan dendam ,iri,dengki , prasangka buruk,menjaga kesucian hati dari sifat2 terceladan menghiasinya dgan muroqobah,menjaga hak2 Allah dalam dirinya dan dalam segala hal,mencari jejak2 Tuhanya dalam hatinya,serta menjaga nafasnya ketika masuk dan keluar, yaitu menghirup udara dgan adab dan mengeluarkannya dgan merasakan kehadiran Allah. ini semua merupakan karamah maknawi para wali yg tidak akan bercampur dengan makar dan istidraj"


Abu Yazid r.a. pernah ditanya tentang kemampuan melipat (menempuh jarak dalam sekejap) bumi. Ia menjawab, “Itu tidak seberapa, karena iblis juga menempuh jarak dari ujung barat sampai timur hanya dalam sekejap, padahal ia tidak memiliki tempat di sisi Allah.” Selanjutnya Abu Yazid ditanya tentang orang yang mampu melayang di udara. Ia menjawab, “Burung juga bisa terbang di udara, padahal di sisi Allah seorang mukmin lebih mulia daripada burung. Bagaimana mungkin apa yang bisa dilakukan burung bisa disebut karamah.”

Demikianlah penjelasan Abu Yazid, lalu ia berkata, “Tuhanku, sesungguhnya suatu kaum meminta Engkau memberikan apa yang mereka sebutkan, sehingga dengan itu Engkau membuat mereka sibuk dan ahli. Ya Allah, meskipun Engkau menjadikanku ahli tentang sesuatu, tapi berilah aku kemampuan untuk mengetahui rahasia-Mu.” Abu Yazid hanya meminta ilmu, karena ilmu merupakan hadiah dan karamah yang paling mulia. Meskipun dengan ilmu kamu bisa berhujjah, tetapi ilmu akan menjadikanmu introspektif dan mengetahui apa yang baik dan buruk bagimu serta apa yang menjadi milik-Nya. Allah tidak pernah memerintahkan Nabinya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali minta ditambah ilmu. Karena semua kebaikan terletak di dalam ilmu. Ilmu adalah karamah yang paling besar. Orang berilmu yang malas melaksanakan ibadah sunnah lebih baik daripada orang bodoh yang rajin melaksanakan ibadah sunnah.

Apabila muncul karamah dalam diri seorang wali, ia takut kepada Allah dan meminta-Nya untuk menyembunyikan hal-hal luar biasa itu dan agar ia tidak dibedakan dari orang kebanyakan dengan karamah yang diberikan kepadanya kecuali ilmu, karena ilmu adalah suatu kebutuhan. Dengan ilmu orang akan bermanfaat meskipun belum sempat mengamalkannya. Sesungguhnya tidak sama orang-orang yang tahu dengan orang orang-orang yang tidak tahu. Para ulama adalah orang-orang yang percaya akan adanya percampuran (antara ilmu dan karamah). Karamah hanya diberikan oleh Allah untuk orang-orang yang taat kepada-Nya karena mereka belum melihat wajah Tuhan dalam dirinya Karamah mereka yang paling tinggi adalah ilmu, karena dunia adalah tempat ilmu, sedangkan kejadian-kejadian luar biasa sesungguhnya tidak bertempat di dunia. Jadi, kejadian luar biasa tidak bisa disebut karamah, kecuali disertai dengan ilmu tentang Allah (ma’rifat), tidak cukup hanya dengan kejadian luar biasa itu saja. Itulah yang disebut ilmu. Jadi, karamah ilahi adalah ilmu tentang Allah (ma’rifat) yang dianugerahkan Allah kepada para wali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar