Syaikh Muhdiyin Ibn Arabi berkata: " Ketahuilah karamah itu ada 2 macam
: indrawi dan maknawi, orang2 awam hanya mengetahui karamah indrawi
saja, seperti membaca pikiran org lain, memberitahukan yg gaib2,
mengeluarkan sesuatu dari bumi, berjalan di atas air, menembus udara
masuk ke dalam tanah, menghilang dari pandangan, dikabulkannya doa dlam
seketika dll, hanya karamah seperti itulah yg diketahui org awam.
sementara karamah maknawi tidak dapat diketahui kecuali oleh orang2
khusus saja diantara hamba2 Allah. kawamah maknawi adalah seorang hamba
dijaga supaya tetap melaksanakan adab2 syari'at dan diberi taufik utk
selalu melakukan akhlak terpuji,menjauhi akhlak yg tercela, menjaga
pelaksanaan kewajiban pda waktunya, bersegera dlam berbuat
kebaikan,menghilangkan dendam ,iri,dengki , prasangka buruk,menjaga
kesucian hati dari sifat2 terceladan menghiasinya dgan muroqobah,menjaga
hak2 Allah dalam dirinya dan dalam segala hal,mencari jejak2 Tuhanya
dalam hatinya,serta menjaga nafasnya ketika masuk dan keluar, yaitu
menghirup udara dgan adab dan mengeluarkannya dgan merasakan kehadiran
Allah. ini semua merupakan karamah maknawi para wali yg tidak akan
bercampur dengan makar dan istidraj"
Abu
Yazid r.a. pernah ditanya tentang kemampuan melipat (menempuh jarak
dalam sekejap) bumi. Ia menjawab, “Itu tidak seberapa, karena iblis juga
menempuh jarak dari ujung barat sampai timur hanya dalam sekejap,
padahal ia tidak memiliki tempat di sisi Allah.” Selanjutnya Abu Yazid
ditanya tentang orang yang mampu melayang di udara. Ia menjawab, “Burung
juga bisa terbang di udara, padahal di
sisi Allah seorang mukmin lebih mulia daripada burung. Bagaimana mungkin
apa yang bisa dilakukan burung bisa disebut karamah.”
Demikianlah penjelasan Abu Yazid, lalu ia berkata, “Tuhanku,
sesungguhnya suatu kaum meminta Engkau memberikan apa yang mereka
sebutkan, sehingga dengan itu Engkau membuat mereka sibuk dan ahli. Ya
Allah, meskipun Engkau menjadikanku ahli tentang sesuatu, tapi berilah
aku kemampuan untuk mengetahui rahasia-Mu.” Abu Yazid hanya meminta
ilmu, karena ilmu merupakan hadiah dan karamah yang paling mulia.
Meskipun dengan ilmu kamu bisa berhujjah, tetapi ilmu akan menjadikanmu
introspektif dan mengetahui apa yang baik dan buruk bagimu serta apa
yang menjadi milik-Nya. Allah tidak pernah memerintahkan Nabinya untuk
meminta tambahan sesuatu kecuali minta ditambah ilmu. Karena semua
kebaikan terletak di dalam ilmu. Ilmu adalah karamah yang paling besar.
Orang berilmu yang malas melaksanakan ibadah sunnah lebih baik daripada
orang bodoh yang rajin melaksanakan ibadah sunnah.
Apabila
muncul karamah dalam diri seorang wali, ia takut kepada Allah dan
meminta-Nya untuk menyembunyikan hal-hal luar biasa itu dan agar ia
tidak dibedakan dari orang kebanyakan dengan karamah yang diberikan
kepadanya kecuali ilmu, karena ilmu adalah suatu kebutuhan. Dengan ilmu
orang akan bermanfaat meskipun belum sempat mengamalkannya. Sesungguhnya
tidak sama orang-orang yang tahu dengan orang orang-orang yang tidak
tahu. Para ulama adalah orang-orang yang percaya akan adanya percampuran
(antara ilmu dan karamah). Karamah hanya diberikan oleh Allah untuk
orang-orang yang taat kepada-Nya karena mereka belum melihat wajah Tuhan
dalam dirinya Karamah mereka yang paling tinggi adalah ilmu, karena
dunia adalah tempat ilmu, sedangkan kejadian-kejadian luar biasa
sesungguhnya tidak bertempat di dunia. Jadi, kejadian luar biasa tidak
bisa disebut karamah, kecuali disertai dengan ilmu tentang Allah
(ma’rifat), tidak cukup hanya dengan kejadian luar biasa itu saja.
Itulah yang disebut ilmu. Jadi, karamah ilahi adalah ilmu tentang Allah
(ma’rifat) yang dianugerahkan Allah kepada para wali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar